Postingan

Aku Berhenti Mendoakan Orang-orang yang Pernah Menyakitiku

Gambar
Lokasi: Gereja MRPD Pontianak      Judul ini seperti clickbait karena mungkin akan terkesan berbeda bagi setiap orang yang membacanya, tergantung persepsi mereka. Makanya, aku sangat menyarankan untuk membaca tulisan ini sampai habis. Aku tidak akan membahas betapa orang yang pernah berbuat salah terhadap kita harus dibenci, atau mungkin tidak layak diberikan kebaikan termasuk doa kita. Hanya saja, ada satu pemahaman yang membuatku akhirnya menuangkan pemikiranku ditulisan ini.      Aku tidak ingin terkesan sok tua, tapi kuakui bahwa aku bukan belia lagi meskipun umurku tergolong masih muda. Dua puluh empat tahun delapan bulan kurasa sudah cukup banyak bagiku menjumpai orang-orang dengan berbagai karakter. Dan sepanjang perjalanan hidupku inilah aku memetik banyak pelajaran berharga, terutama dalam hal bersosial. Memang kehidupan sosial itu susah-susah gampang.      Sistem pendidikan didunia mengajarkan kita untuk "meraih" sesuatu atau "menguasai" sesuatu

My Gratitude in This Afternoon

Gambar
Hari ini aku bangun lebih awal dari biasanya. Terasa berat, namun kupegang erat-erat niatku. Berharap menjadi sebuah komitmen di alam bawah sadar nantinya. Dan tidak sesulit yang dibayangkan asalkan mau melangkah saja. Dari situ aku menyerap banyak energi dan aku bisa melihat lebih dalam hal-hal yang biasa aku lalui, antara lain: 1. Aku sangat bersyukur aku bisa bangun pagi, aku bisa mandi pagi, dan menikmati saat teduh bersama Tuhan. 2. Aku bersyukur bisa mendengar musik keras-keras. 3. Aku bersyukur bisa menikmati teh hangat di pagi hari. 4. Aku bersyukur hidup di zaman dimana instagram sudah ada, yutube sudah ada. Aku tidak pernah merasa bosan meskipun sedang sendirian. 5. Aku paling mensyukuri karena Spotify tercipta di dunia. Hampir tanpa semenit pun kulalui hidup tanpa musik. 6. Aku bersyukur bisa merasakan panas matahari menyentuk kulitku. 7. Aku bersyukur karena di dekat rumahku ada Indomaret. Untuk beberapa hal yang mendesak aku bisa pergi ke sana dan memb

Ingin Berhenti Sejenak

Gambar
Gambar dari: Google Aku ingin bersamamu Duduk di pantai Di bawah langit yang berwarna jingga keemasan Dan samar-samar pekikan segerombol burung menuju arah pulangnya Dan mataharipun perlahan akan tidur Aku menatap kosong ke arah laut tak bertepi Aku ingin bernostalgia Membilang kebaikan Tuhan yang tak terhitung jumlahnya Membilang penyertaan-Nya yang tak kusangka-sangka Sembari mengenag cerita pilu, aku menangis Luka bercampur bangga Aku pernah melewati itu semua Dan ya, itu benar-benar pernah terjadi Dan langitpun semakin gelap, kutaruh pemikiranku di pundakmu Melepas lelah lalu menutup mata.

Mendengar Hujan

Telah lama aku tak sendiri. Dan kali ini baru kusadari, bahwa suara hujan begitu indah. Selama ini aku terlalu sibuk dengan banyak hal di luar sana, sampai aku lupa nikmatnya sekedar berbaring sembari mendengar hujan. Ya, kemarin aku memang berada dalam ketidakpastian. Tapi kabar yang aku terima hari ini telah membuatku lega. Yang kubutuhkan sekarang adalah istirahat dari segala perjuanganku. Berhenti sejenak dari kerja kerasku. Terlalu banyak perubahan yang terjadi dalam satu waktu kadang membuatku kewalahan untuk memahaminya. Dan dihari yang sedang hujan ini, aku bersama diriku, terbaring sembari mendengarkan hujan. Saat aku menutup mata, aku membilang peristiwa yang rasanya seperti mimpi telah aku lalui. Perasaan-perasaan yang pernah hinggap di hati ini. Sungguh sulit untuk kujelaskan. Dan aku biarkan itu semua sembari mendengar hujan.

Ketika Belang Pergi untuk Selamanya

Gambar
Belang manjat sendiri naik ke atas pot bunga hihi.      Beberapa bulan yang lalu tanpa rencana aku berkunjung ke rumah teman mamaku. Awalnya aku merasa malas karena harus ikut bergabung dengan obrolan orang tua, tapi akhirnya aku menjadi sangat antusias ketika melihat pekarangan di belakang rumahnya. Teman mamaku memelihara marmut. Tak dapat kutahan senyum kegembiraan ketika melihat banyaknya marmut yang lucu-lucu. Ada yang di dalam kandang, ada pula yang dibiarkan berkeliaran di alam terbuka. Aku ingin memelihara seekor marmut jantan. Dan akhirnya teman mamaku mengambilkan seekor marmut jantan yang menggemaskan untukku. Aku dan mama menaruhnya di dalam rak yang sudah kuatur sedemikian rupa supaya marmut baruku itu merasa betah. Masih jelas dalam ingatanku makanan pertama yang aku berikan untuk marmutku itu adalah pisang. Kuberi dia nama Belang.      Waktu terus berlalu sampai kami menjadi akrab. Aku sendiri tidak ingat kapan ia menjadi jinak. Aku dan mama mencurahkan kasih saya

I Miss The Real, Simple, and Deep Friendship

Gambar
     Keinginanku untuk menyalurkan perasaan ini ke dalam tulisan sebenarnya sudah mengapung sejak lama. Dan entah sejak kapan aku merasakan dengan kuat tentang hal ini. Kuamati kalau sekarang ini gaya hidup banyak orang telah berubah. Perubahan gaya hidup itu mempengaruhi bagaimana cara mereka bergaul. Penemuan-penemuan hebat dari Mark Zuckerberg dan Kevin Systrom telah memudahkan orang untuk berkomunikasi, bahkan telah mempertemukan orang-orang yang sudah lama tak berjumpa menjadi terhubung kembali. Namun pesatnya pertumbuhan social media secara tak langsung merubah cara pikir dan psikologi banyak orang (meskipun banyak hal lain yang menjadi faktor penyebab, tapi social media lah yang menjadi pemeran utamanya, menurutku).      Dulu aku tidak pernah merasa canggung ataupun aku jarang melihat orang canggung bertemu manusia lain. Tapi sekarang sudah rahasia umum kalau menatap layar smartphone adalah salah satu cara menghindari orang lain. Dulu menjalin hubungan, bercerita, dan t

Dimana Aku Akan Bekerja?

Gambar
     Peristiwa ini sebenarnya sudah cukup lama berlalu, sekitar lima hari yang lalu. Namun ingatan ini tiba-tiba terlintas dalam pikiranku dan membuatku menjadi sadar bahwa pertanyaan itu penting untuk dijawab. Ketika aku menjalani interview kerja di sebuah perusahaan dan aku memutuskan untuk menolaknya, sang boss kemudian bertanya dengan sedikit kesal, "memangnya kamu mau bekerja di mana, di bidang apa?". Aku hanya cengar-cengir dan menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.      Aku beralibi dengan mengatakan bahwa aku masih mencari jati diri, masih ingin mencoba kesana kemari sampai aku akhirnya menemukan yang pas. Alasan itu aku ungkapkan karena sebenarnya aku tidak tahu mau jawab apa. Namun setelah pertanyaan itu muncul lagi dalam ingatanku, akupun mulai berpikir pekerjaan apa yang sebenarnya aku mau. Dalam bidang apa aku ingin bergelut.      Tidak butuh waktu lama untuk mencari, aku sebenarnya sudah tahu apa yang aku senangi hanya saja belum menyadari. Sejak la